Posted by : Unknown Wednesday, 5 June 2013



Hidup itu lebih dari sekedar sesuap nasi
-niapuspa-


Kisah ini berawal dari dapur. Dapur tua dengan cat dinding berwarna beige , membawa saya pada kisah perjalanan hidup seorang gadis.

Kisah sederhana yang mungkin tidak semua makhluk dibumi ini  pernah merasakan.

***

Pagi itu Miya tengah terburu-buru . Dia rengkuh tas biru dan kardus mie instan dari atas bangku kayu untuk kemudian bergegas ke sekolah. Sudah jam 6.15 dan itu sudah menunjukkan bahwa jam berangkat sekolah sudah lewat batas toleransi, sedangkan untuk menempuh perjalanan kesekolah saja butuh waktu 1 jam, kalau dihitung-hitung Miya sampai disekolah tepat jam 7.15 pas, bertepatan dengan bel masuk. Belum macetnya, belum mogoknya, ban angkot kempes dan lain-lain yang sudah terbayang seram di benak Miya.

Tak sempat lagi untuk sarapan, padahal perut butuh diisi supaya konsentrasi terjaga saat belajar - begitu kata para pakar gizi -. Ya.. sudah tiga hari ini Miya melewatkan sarapan paginya karena terburu-buru. Bukan karena terlalu larut belajar, tapi karena satu hal.

*** 

Miya adalah gadis manis berusia 17 tahun. Dia duduk dikelas 2 SMU. Dia sangat cerdas dan dia sangat bersahaja. Dia bukan anak pejabat bukan juga berasal dari keluarga hebat. Dia hanya anak seorang pensiunan pegawai POS. Ya, ayahnya pensiun dini  karena sakit-sakitan, dan  ibunya punya usaha buka warung peracangan untuk membantu perekonomian keluarga.

Karena kondisi ayah Miya yang sakit-sakitan, mengharuskan Miya dan ibunya untuk mencari penghasilan supaya bisa tetap bertahan hidup.

Dan Tujuh hari kedepan adalah hari Ujian Akhir Semester. Hal itulah yang membuat Miya dan ibunya dirundung kebimbangan karena untuk bisa mengikuti ujian saja syarat utamanya adalah lunas dari segala tunggakan. 

***

Kardus mie instan itu berisi nasi bungkus. Ada sekitar dua puluh nasi bungkus. Miya dan ibunyalah yang mempersiapkan dari malam-malam sebelum berangkat tidur. Terkadang Miya harus menyiapkan semuanya sampai hampir subuh. Miya harus memasak lauk pauk sampai menanak nasi di magic com yang kira-kira usianya sudah separuh usia Miya. Awet sekali. Magic com yang didapat ibunya saat memenangkan lomba memasak pada perlombaan 17 Agustusan di kampungnya.

Ini adalah perjuangan Miya untuk mendapatkan tambahan uang guna melunasi sisa pembayaran buku supaya dia tetap bisa mengikuti UAS. Menjual nasi bungkus adalah pilihannya. Setiap hari dia membawa sekitar dua puluh nasi bungkus ke sekolah yang nantinya akan dia titipkan di kantin sekolah. Dan nasi bungkus itu dihargainya tiga ribu rupiah.
 ***

Alhamdulillah berkat usahanya dan juga ibunya, Miya berhasil mengumpulkan uang seratus enam puluh ribu rupiah dalam tiga hari. Harga yang cukup mahal bagi Miya untuk meraih cita-cita. Tapi Miya harus tetap berjuang demi tercapainya cita-cita agar dia bisa mengubah nasib keluarganya. Terbayar sudah tunggakan buku Miya, dan dia bisa mengikuti ujian. Dia juga bisa membantu ibunya mencari tambahan dengan berjualan nasi bungkus. Berat memang usahanya tapi Miya tetap gigih berjuang.

Bagi Miya hidup itu perjuangan. Banyak yang harus diperjuangkan agar roda kehidupan tetap awet seperti magic com Miyako yang setia membantunya berjuang. Kisah Miya mengajarkan kepada saya tentang kesederhanaan, kegigihan dan tanggung jawab. Dan berkat kegigihannya, alam berpihak padanya. Tercapai semua yang diinginkannya walaupun jalannya tidaklah mudah. Hidup itu memang lebih dari sekedar sesuap nasi. Tapi hanya diri kita yang bisa menyederhanakannya. Sesederhana kehidupan Miya dan magic comnya..

sekian 

*Kisah ini didedikasikan untuk Miyako Indonesia



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

post teratas

owner & author

follow my twitter

badge

LuVe Litee photo badge_luve_zps4efbf3ce.png
roemahrenabee. Powered by Blogger.

- Copyright © roemah renabee - Metrominimalist - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -